Rabu, 28 Oktober 2015

Ide Pemikiran dan Pembaharuan Peradaban Arab Mesir Sayyid Jamaluddin Al-Afghani

IDE PEMIKIRAN DAN PEMBAHARUAN PERADABAN ARAB MESIR
SAYYID JAMALUDDIN AL-AFGHANI
( 1839-1897 M/1254-1314 H )
            Pemikiran dan peradaban merupakan hal yang saling berkaitan. Produk pemikiran menghasilkan ilmu pengetahuan yang diimplementasikan melalui teknologi dan teknologi itulah budaya dan peradaban manusia. Sejarah peradaban Islam mengalami pasang surut, dari zaman Nabi yang meliputi jaman keemasan, pertengahan dan jaman kemunduran. Masa kemunduran umat Islam ditandai kejumudan berfikir, mandegnya perkembangan keilmuan, merosotnya tradisi intelektual. Sehingga muncul kebangkitan Islam dengan berbagai gerakan hingga muculnya gerakan “Pan-Islamisme” yang diusung oleh Sultan Hamid, As-Sanusi dan juga yang terkenal Sayyid Jamaluddin Al-Afghani.
Tanda kemunduran Umat Islam :
1.      Erosi nilai ajaran Islam dan tidak adanya kepedulian pemerintah untuk menempatkan sosioal-ekonomi dan etika Islam.
2.      Sikap diam dan kerjasama lembaga ulama pada pemerintah yang tidak islami.
3.      Korupsi dan kezaliman kelas penguasa dan keluarga raja.
4.      Kerjasama penguasa dengan penjajah yang menimbulkan ketergantungan pada kekuatan imperialis.

            Dalam sejarah Islam, modernisme Islam timbul dari dampak penetrasi Barat, semenjak abad 17 M/12 H. Keunggulan militer dan sains Barat menyadarkan keterbelakangan masyarakat Islam, lalu menumbuhkan semangat kebangkitan Islam. Akibat kekalahan dan penyerahan politik, menjadikan umat Islam secara psikoligis tidak mampu merumuskan kembali warisannya secara konstruktif, sehingga upaya modernisasi yang berkembang terkesan mengadopsi kemajuan peradaban Barat. Umat Islam yang baru bangkit belum siap mengadakan modernisasi yang lebih besar dan mendasar.
            Dimulai oleh Jamaluddin al-Afghani (1255-1315 H/1839-1897 M) yang menyerukan peningkatan standar moral dan intelektual untuk menanggulangi bahaya ekspansionisme Barat. Walaupun tidak melakukan modernisasi intelektual, namun seruannya menggugah masyarakat Muslim untuk mengembangkan dan menyebarkan disiplin filosofis.
            Selanjutnya menjadi tugas Muhammad ‘Abduh di Mesir dan Sayyid Ahmad Khan di India untuk membuktikan pernyataan al-Afghani bahwa akal dan ilmu pengetahuan tidak bertentangan dengan Islam. Mereka lahir dari tradisi madrasah yang menekankan paham rasionalisme Islam dan free will, sama-sama mengadakan pengetahuan modern ke dalam kurikulum al-Azhar dan Ahmad Khan dengan mendirikan perguruan tinggi Aligarh yang sekuler.
            Upaya tokoh pembaharu ini melahirkan “pewaris” yang meneruskan proses modernisasi. Inilah yang dimaksudkan pembaharuan modernisme klasik telah berupaya mengadakan reformasi internal, yakni menanamkan rasionalisme sebagai solusi awal terhadap kemacetan dan kemerosotan intelektual.

JAMALUDDIN AL-AFGHANI
            Jamaluddin Al-Afghani dilahirkan di Afganistan tepatnya di As’ad Abad salah satu kawasan Zon Kunar pada tahun 1254 H atau 1838 M. Ia mempunyai pertalian darah dengan pariwayat hadits terkenal yaitu At-Tarmidzi dan silsilahnya sampai kepada Husein bin Ali cucu Rasulullah SAW. Sehingga Jamaludiin diberi sebutan “Sayyid”. Sejak kecil Ia tinggal di Kabul sampai usia 18 tahun. Kakeknya Sayyid Ali pernah tinggal di Iran, Hamadan, bersama keluarganya (ayahnya bernama Sayyid Safdar).
            Ia sangat jenius dengan mempelajari buku-buku Islam dan filsafat, seperti hukum, astronomi, sejarah kedokteran, matematika, dan methafisika. Ia juga menguasai enam bahasa (Arab, Inggris, Perancis, Turki, Persia dan Rusia). Menurutnya Ilmu pengetahuan akan dikuasainya dengan menguasai bahasa. Ilmu baginya bukan hanya ilmu-ilmu yang bersumber dari teks-teks wahyu namun semua sains merupakan urat nadi kehidupan manusia.
            Pada usia 19 tahun Jamaluddin merantau ke India. Nasionalisme nya tumbuh karena melihat rakyat India yang mengalami kesengsaraan akibat ditindas oleh penjajah Inggris. Kebencian kepada kolonialisme dan imperialisme semakin membara dalam diri Jamaludin. Ia mengobarkan anti-penjajahan dan ikut ambil bagian dalam perjuangan kemerdekaan India pada Mei 1857. Jamaludin Memberikan semangat, menyadarkan orang supaya menantang panjajah demi kemajuan masyarakat agama dan negara. Suatu ketika beliau memberikan pidato yang bersemangat mengobarkan perjuangan kepada rakyat India.
Ia adalah seorang ilmuwan dan pemikir kreatif yang terkenal pada abad 19 dengan menghasilkan karya-karya bermutu. Ia adalah seorang ahli politik, aktif berjuang menentang panjajah. Corak pemikirannya membawa masyarakat Islam pada kemajuan dan merdeka dari penjajah. Ia senang mengembara, berkeliling di berbagai negara untuk mencari ilmu pengetahuan dan membetulkan pemahaman ajaran Islam. Dari India Jamaluddin melanjutkan pengembaraannya ke tanah suci Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Setelah itu pulang ke Afganistan dan diminta oleh Pangeran Dost Muhammad Khan untuk membantunya.

Tahun 1864 Muhammad Khan diganti oleh Ser Ali Khan atas bantuan penjajah Inggris. Jamaluddin terlalu agresif dalam menyampaikan gagasannya sehingga dianggap berbahaya maka pergerakannya selalu diawasi bahkan tidak boleh memakai jalur darat termasuk jalur ke India juga diblokir. Namun Ia mendapat undangan dari politisi Mesir terkemuka yaitu Rasyid Pasya untuk ke negerinya dan tinggal disana dari kurun waktu 1671-1879.
            Di Mesir, Ia membina para pemuda Mesir, salah satunya adalah Muhammad Abduh. Ia mengajar filsafat Islam. Muhammad Abduh sebagai murid sekaligus pengagum Jamaluddin selalu mengikuti materi yang diberikannya. Sehingga tumbuh dalam dada Abduh jiwa yang sama dengan gurunya yaitu semangat mengobarkan perjuangan dan persatuan umat Islam serta berjuang menentang penjajah.
            Awalnya Jamaluddin mengabdikan dirinya untuk mengajar dan membina para pemuda Mesir namun karena jiwa “pembebasnya” maka muncul semangat ketika penjajah Inggris ikut campur dalam persoalan Mesir. Ia terjun lagi di bidang politik dengan menggelorakan semangat anti penjajahan, pembebasan bahkan mendirikan partai politik bernama “Huzbul Wathoni” (Partai Kebangsaan). Inggris menampakkan ketidaksukaannya kepada aktivitas Jamaludin sehingga mempengaruhi kaum ortodok untuk melawan Jamaluddin. Jamaluddin diusir dari Masir tahun 1879. Jamaludin pergi ke India di Hyderabad.
           
Setelah Al-Afghani diusir dari Afghanistan tahun 1868, ia pergi ke Istambul Turki pada tahun 1860 dan bergabung dengan pemimpin Ali Pasya, tetapi ia diusir kembali dengan tuduhan bid’ah tahun 1870 setelah memberikan ceramah umum tentang filsafat Islam dan membanding-kannya dengan filsafat, “Keahlian Tetinggi”. Menurutnya sains dan filsafat merupakan alat untuk menemukan kebenaran tentang dunia. Sains bersifat universal dan kebenaran yang disingkapkannya besifat tak terbantahkan (self-evident).
            Pada tahun 1882 ia pergi ke Amerika Serikat dan tinggal beberapa bulan, ke London, ke Moscow, Rusia. Kemudian keliling Eropa dilanjutkan ke Paris. Tahun 1883 Ia bekerjasama dengan Muhmmad Abduh untuk membuat jurnal anti penjajahan yang bernama” Al Urwatul Wustqa”. Terbit tanggal 13 Maret 1884 - 16 Oktober 1884 M karena penguasa Barat melarang beredarnya jurnal ini karena khawatir dapat mengobarkan kebencian dan bersatunya umat Islam terhadap kolonialisme dan imperialisme Barat terhadap Islam.
            Pada tanggal 9 Maret 1897 Jamaluddin menghembuskan nafasnya yang terakhir karena kanker. Ia pergi dengan tidak meninggalkan keturunan karena selama hidupnya Jamaludin tidak menikah. Kondisi inilah yang menjadikan Jamaluddin kuat untuk selalu mengembara tanpa khawatir untuk memikirkan keluarga, ia bebas mengembara ke berbagai negara untuk mengobarkan semangat persatuan umat. Jenazahnya dipindahkan ke Afghanistan pada tahun 1944 atas permintaan pihak kerajaan dan dikembumikan di Universitas Kabul Palesetina. Sebagian orang mengatakan Ia meninggal karena penyakit kanker, sebagian lain akibat diracun dan sebagian lain, pihak keluarga kerajaan ada yang ingin membinasakannya.
IDE, GAGASAN DAN PEMIKIRAN
            Corak pemikiran Jamaluddin Al-Afghani adalah “pembebasan, kemerdekaan, anti-penjajahan, anti-kolonialisme dan anti-imperalisme. Ia menghendaki persatuan umat Islam untuk bersama bangkit menentang penjajah. Ia berpendapat Agama dan syareat dapat memperbaiki kehidupan masyarakat.
Kemerosoton umat Islam bukan karena Islamnya tetapi karena bersifat statis, fatalis (salah memahami konsep qodlo dan Taqdir), meninggalkan akhlak, meningglkan ilmu pengetahuan. Lemahnya pendidikan Islam, pengetahaun tentang dasar agama, lemahnya persaudaraan, perpecahan umat, dan kurangnya pertahanan militer. Jamaludin juga menyoroti peran wanita yang berakal untuk berfikir, dan tidak melarang untuk bekerja sama dalam kemajuan umat. Gerakan pemikiran Al-Afghani disebut dengan revivalis dan modernis.
            Revivalis bermaksud mengembalikan kejayaan umat Islam ketika mendapakan kejayaan umat Islam jaman Khulafaur Rasyidin yaitu lebih kepada upaya untuk kejayaan dan kebangkitan umat islam dapat terwujud kalau umat Islam kembali kepada ajaran Islam yang masih murni dan meneladani pola hidup para sahabat nabi, khulafaur Rasyidin. Perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme Barat baik politik, ekonomi, maupun kebudayaan yang kemudian secara selektif dan kritis dimanfaatkan untuk kejayaan umat Islam kembali.Modernis, karena seringnya bergesekkan dengan peradaban Barat yang modern, pemikiran-pemikirannya rasional mendambakan Islam berkembang tidak kalah dengan Barat dan harus memperhatikan ilmu pengetahuan dan teknologi.
            Al-Afghani berpendapat bahwa Islam “sejati” mendukung penggunaan rasio, khususnya bila menafsirkan naskah untuk membimbing tindakan manusia. Para pemikir Islam, menurutnya bersikukuh membagi dunia menjadi “sains muslim” dan sains Eropa”, mereka tidak paham bahwa sains adalah hal agung yang tidak ada hubungannya dengan bangsa manapun. Pandangannya tersebut mendasari pendirian the benefet of philosophy bahwa umat membutuhkan filsafat karena filsafat tidak hanya prakondisi menuju pengetahuan ilmiyah tetapi jiga menuju pengembangan moral.
            Berbagai pertemuan dengan para tokoh semakin ramailah pemikiran di Mesir. Gerakan Pemikiran ini dinamakan “Gerakan Islah”. Ide Islah perbaikan atau perubahan terencana ke arah yang lebih baik demi kemajuan Islam. Ide-ide gerakan “Islah” yang dikumandangkan Jamalauddin Al-Afghani :
1. Mengembalikan kecemerlangan umat Islam sebagaimana zaman Khulafaur Rasydidin
2. Membina perpaduan, persatauan dan kesatuan tanpa memandang bangsa dan negara serta budaya melalu gagasanaya “jami’ah Islamiyah”, orang Barat mengenalnya dengan “PAN-ISLAMISME”
3. Mengkitik taklid ‘ama yaitu mengikuti segala sesuatu secara membabi buta tanpa landasan Al-Qur’an dan Al-Hadis.
4. Menyerukan umat Islam untuk kembali pada ajaran yang benar
5. Menyadarkan umat Islam tentang keburukan fanatik pada suatu madzhab yang membawa perpecahan umat
6. Berpendapat bahwa agar umat Islam menumpahkan perhatiannya pada usaha-usaha memerdekakan tanah air dan pemikiran merdeka dari penjajah.
            Latar belakang kehidupan Jamaluddin yang keras melahirkan watak dan pribadi yang keras dan frontal. Sehingga dari corak pemikiran yang radikal, agresif dan revolusioner ini maka muncul beberapa ide, gagasan pemikiran Jalamuddin AL-Afgani, yaitu sebagai berikut ;
1. Menyuarakan umat Islam untuk kembali kepada AL-Qur’an dan Hadits, gerakan salafiyah ( para pendahulu yang sholeh ; revival)
2. Menggiatkan tradisi intelektual dengan mengkaji berbagai ilmu pengetahuan baik sains, filsafat, teks-teks wahyu.maupun ajaran Islam
3. Menyerukan untuk menggali khasanah ajaran Islam
4. Menggalakan penggunaan rasio dalam memahami teks-teks agama.
5. Menggabungkan ilmu-ilmu tradisional Islam dengan ilmu pengetahuan modern
6. Membangkitkan semangat anti-kolonislisme, anti-impelerialisme
7. Ide gagasannya tentang PAN-ISLAMISME ( kesatuan dan persatuan umat Islam dunia)
           
KARYA-KARYA JAMALUDDIN
            Karya-karya Al-Afghani umumnya berhubungan dengan masalah agama dengan filsafat, beliau mengatakan bahwa semua agama saling menyerupai dan agama-agama pada derajat yang sama dan secara fundamental tidak cocok dengan filsafat. Pada manusia agama memberikan iman dan kepercayaan, sementara filsafat membebaskannya baik sebagian atau seluruhnya.
Perjuangannya bertujuan membangun sistem politik berdasarkan persaudaraan Islam (ukhuwah Islamiyah) yang telah berantakan di tangan penjajah. Dialah orang yang pertama yang menyadari sepenuhnya akan bahaya dominasi Barat.
Disamping mendirikan surat kabar AL-Urwatul Wustsqo, Al-Misr dan At-Tijarah juga telah menyusun beberapa buku, diantaranya:
– Tatimuta Al- Bayan (Cairo 1879, yang menguraikan tentang aspek Sejarah, Politik dan Budaya Afghanistan)
– Ar-raddu ‘Ala ad-Dahriyyin (Menangkal kaum-kaum pemuja masa, materalistik, membongkar teori Evolisi atau Darwinisme. Jamaluddin mengganggap teori Darwin yang dipahami saat itu akan mengingkari adanya Tuhan)
– Hakekat Madhabi Naysarifa bayani hali naysariyah ( India, tentang theology yang menolak paham materialiasme, naturalisme )
– Ta’liqot ala shr Al Dawanni lil aqoid al adudiyah ( Cairo , 1869)
– Risalat Alwaridat fi sirr at-tajaliyat (Cairo,1868, buku yang didiktekan kepada muridnya Muhmamad Abduh )
– Khatirot Jamlaudin AL-Afghaai AL-Husaini ( kompilasi atau beberapa kuliah di forum diskusi dengan Jamaluddin)
Hikmah membaca sejarah Jamaludin Al-Afghani :
            Jamaludin adalah sosok pejuang Islam yang tanggguh dalam mendakwahkan agama Islam. Ia tak hanya sekedar berdakwah, ia juga menyerukan dan mengajak umat islam lainnya untuk berpikir kreativ melawan kolonialisme dan imperialism bangsa barat dengan berpikir cerdas dan bersatu. Seumur hidupnya, ia tak pernah mengeluh dan bosan untuk mengajak umat islam melakukan pembaruan, tidak hanya memikirkan agama tetapi juga memikirkan pentingnya pengetahuan bagi kehidupan. Sudah selayaknya sebagai generasi muda, kita mewarisi dan mencontoh kepribadianya.
Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar